Review Jurnal Etika Profesi Akuntansi

ANALISIS PERBEDAAN PERILAKU ETIS AUDITOR

DI KAP DALAM ETIKA PROFESI

(STUDI TERHADAP PERAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL: LOCUS OF CONTROL, LAMA PENGALAMAN KERJA, GENDER, DAN EQUITY SENSIPTIVITY)

 

PUTRI NUGRAHANINGSIH

Alumni Fakultas Ekonomi UNS

DIREVIEW OLEH :

BELLA NITA PERMATASARI

BELLA P SAPHIRA

MAYANG AULIA

NUR AMALINA

REGGINA RACHMADEWI

SINDY DYAH PURBOSARI

 

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA

PENDAHULUAN 

Latar Belakang Masalah

Isu tentang etika akuntan di Indonesia berkembang dengan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota intern, anggota publik, dan seseorang yang memainkan peran kunci dalam semua area. Kewajiban akuntansi yang dilakukan tersebut untuk menjaga perilaku etis mereka terhadap organisasi dimana mereka meraung. Tanggung jawab yang dimiliki akuntan juga menjadi kompeten dan menjaga integritas mereka. Seorang akuntan sering menghadapi dilema etik yang selalu bertentangan. Misalnya terjadi pada saat seorang auditor dan klien tidak sepakat dalam tujuan pemeriksaan dan aspek fungsi. Dalam konflik ini, pertimbangan profesional berdasarkan pada nilai dan keyakinan individu, dan kesadaran moral sangat penting dalam mengambil keputusan akhir. (Muawanah dan Indriantoro, 2001). Pembahasan ini  mengenai keinginan untuk mengubah perilaku menjadi perilaku yang diinginkan.

Faktor utama yang menjadi penelitian ini adalah pada penelitian Fauzi (2001) hanya meneliti perbedaan etis ditemoat kerja secara umum, sedangkan pada penelitian ini akan menganalisi perilaku etis dan dia memfokuskan terhadap presepsi auditor terhadap kode etika akuntan. Perbedaan dalam penelitian ini adalah auditor. Penelitian fauzi hanya diambil dari mahasiswa dan sampel dari auditor. Perbedaan penelitian ini menambahkan satu variabel atribut individu yaitu gender. Penelitian berpengaruh terhadap etika yang telah dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh gender pada etika membuktikan hasil yang berbeda-beda dan belum konsisten.

Perbedaan keempat yaitu mengubah devinisi dan pengukuran variabel kerja pada pengalaman kerja. Responden pada pebgubahan ini dijadikan sampel, yaitu auditor yang memiliki pengalaman kerja.Hal ini juga didukung UU no.34 tahun 1954 yang mengatur penggunaan sebutan akuntan. Untuk dapat berpraktik sebagai akuntan publik terdaftar, diperlukan izin dari Departemen Keuangan, yaitu adanya persyaratan pengalaman,minimal 3 tahun bekerja sebagai auditor pada KAP atau BPKP. Di penelitian ini tidak diukur dari ada atau tidaknya pengalaman kerja, melainkan lama tidaknya berkerja pada auditor senior dan auditor yunior.

Dipenelitian ini tidak ada pengujian terhadap variabel akademis displin karena sampel yang digunakan adalah auditor. Penelitian ini sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang dibagi menjadi akuntansi dan manajemen. Pada hal tersebut dijelaskan bahwa auditor berasal dari akademis displin akuntansi, sehingga tidak terdapat faktor individual disiplin akademis.

Perumusan Masalah

            Perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Apakah terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor dengan internal locus of control dan auditor dengan external locus of control?
  2. Apakah terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor senior dan auditor yunior?
  3. Apakah terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor pria dengan auditor wanita?
  4. Apakah terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor yang termasuk kategori benevolents dan auditor yang termasuk kategori entitleds?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris apakah terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor berdasarkan perbedaan faktor-faktor individualnya yaitu sebagai berikut:

  1. Perilaku etis antara auditor dengan internal locus of control dan auditor dengan external locus of control.
  2. Perilaku etis antara auditor senior dan auditor yunior.
  3. Perilaku etis antara auditor pria dan auditor wanita.
  4. Perilaku etis antara auditor yang termasuk kategori benevolents dan auditor yang termasuk kategori entitleds.

 

LANDASAN TEORI

Persepsi

Di dalam penjelasan tentang persepsi seseorang, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah opini setiap individu tentang segala hal yang berada pada lingkungan sekitarnya, bisa berupa sesama manusia, benda, hewan, dan lain sebagainya

Etika Dan Perilaku Etis

Etika beruhubungan dengan perilaku seseorang. Karena berhubungan dengan perilaku seseorang, etika bisa menjadi benar dan salah dalam kehidupan sosial, terutama dalam beroganisasi di suatu perusahaan yang sering disebut dengan etika profesi. Perilaku etis sangat berpengaruh ketika seseorang menjadi pemimpin dalam profesinya, Auditor misalnya. Ketika Auditor melakukan tindakan yang tidak etis, maka ia tidak akan mendapat kepercayaan dari teman se-profesinya tersebut.

Peran Kode Etik Akuntan Indonesia

Pada intinya kode etik mengatur hubungan antar individu. Dalam hal ini berhubungan dengan profesi akuntan di Indonesia, baik antara auditor dengan klien.

Faktor-Faktor Individual

Faktor individual dibagi menjadi 4:

1. Locus of control

Pandangan seseorang terhadap suatu peristiwa disekitarnya, apakah seseorang tsb dapat mengendalikan dirinya atau tidak.

2. Lama pengalaman kerja ( years of job experience )

Lama pengalamana kerja dimaksud kepada bagian profesi auditor, apakah pihak senior telah bekerja lebih dari 2 tahun dan junior bekerja dibawah 2 tahun. Lama pengalaman kerja dipengaruhi oleh perilaku etis

3. Konsep gender

Factor ini dimaksudkan apakah pria atau wanita yang sudah ditakdirkan jenis kelamin masing-masing secara biologis mampu menunjukkan perilaku etis atau tidak dalam berorganisasi terutama dalam profesi masing-masing.

4. Equity

Berhubungan dengan fairness ( keadilan ) yang dirasakan seseorang terhadap orang lain. Equity theory oleh Adam bahwa terdapat tiga tipe individu yaitu individu equity sensitives yang merasa adil ketika inputs sama dengan outputs, individu benevolents(kebaikan )  merasa adil (equity) ketika inputs lebih besar dari outputs, dan individu entitleds ( Berhak ) merasa adil (equity) ketika outputs lebih besar dari inputs.

Penelitian Terdahulu

Perbedaan faktor individual dalam kemampuan menerima perilaku etis atau tidak etis. Hasil menunjukkan bahwa  individu  dengan  internal  locus  of  control  cenderung  lebih  tidak  menerima tindakan tertentu yang kurang etis, sedangkan individu dengan  external locus of control cenderung lebih menerima tindakan tertentu yang kurang etis. Wanita ditunjukkan lebih etis  dibandingkan  pria.

Hipotesis

  1. Terdapat perbedaan perilaku etis antara auditor dengan internal locus of controldan auditor dengan external locus of control.
  2. Terdapat perbedaan perilaku etis antara auditor senior dan auditor yunior.
  3. Tidak terdapat perbedaan perilaku etis antara auditor pria dan auditor wanita.
  4. Terdapat perbedaan antara perilaku etis auditor benevolent dan auditor entitleds

 

METODE PENELITIAN

Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah Surakarta dan DIY. dalam penelitian ini untuk menentukan sampel peneliti menggunakan metode non probabilitysampling, yaitu conveniencesampling method. Dalam metode ini, informasi akan dikumpulkan dari anggota populasi yang dapat ditemui dengan mudah untuk memberikan informasi tersebut.

Pengukuran Variabel: Definisi Operasional dan Instrumen Penelitian

Perilaku etis auditor adalah variabel yang akan diukur dalam penelitian ini. Variabel ini akan diukur dengan menggunakan instrumen Workplace Behaviour Scale(WBS). Workplace Behaviour Scale (WBS) terdiri dari 10 item pertanyaan dalam kuesioner yang diukur dengan 5 poin skala likert yaitu: (1) sangat dapat diterima, (2) dapat diterima, (3) tidak pasti, (4) tidak dapat diterima, dan (5) sangat tidak dapat diterima. Perilaku etis ditunjukkan oleh perolehan skor dari WBS, semakin tinggi skor WBS maka memiliki perilaku yang semakin etis, sebaliknya semakin sedikit skor WBS maka memiliki perilaku semakin kurang etis.

Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor atau substansi kode etik akuntan yang meliputi (1) pelaksanaan kode etik, dan (2) penafsiran dan penyempurnaan kode etik. Instrumen persepsi ini terdiri dari 11 item pertanyaan yang diukur dengan skala likert 1 sampai dengan 5 yaitu: (1) sangat tidak setuju, (t2) tidak setuju, (3) tidak pasti, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. Peneliti mengasumsikan bahwa bagi responden yang berpersepsi positif terhadap kode etik yang meliputi pelaksanaan kode etik, dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik akan memiliki perilaku yang lebih etis. Untuk mengetahui bagaimana persepsi auditor terhadap kode etik maka dilakukan analisis tambahan yaitu dengan uji proporsi.

Locus of control (LOC). Locus of control (LOC) adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control)peristiwa yang terjadi padanya. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel locus of control adalah Work Locus of Control Scale (WLCS) yang telah dikembangkan oleh Spector (1988). WLCS menggunakan 16 item pertanyaan dengan 5 poin skala likertyaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) tidak pasti, (4) setuju, dan (5) sangat setuju. Internal LOC ditunjukkan oleh nilai jawaban responden yang lebih kecil dari mean score dan sebaliknya untuk external LOC diindikasikan oleh nilai jawaban responden lebih besar dari mean score.             Lama pengalaman kerja adalah jangka waktu (tahun) seorang auditor bekerja. Lama pengalaman kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu mereka yang telah bekerja lebih dari dua tahun dikategorikan sebagai auditor senior dan mereka yang bekerja di bawah dua tahun sebagai auditor yunior. Data ini diperoleh dari kuesioner bagian D yaitu Data Demografi Responden.

Konsep gender dalam penelitian ini berdasarkan konsep seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan kodrat yang ditentukan secara biologis. Dibagi menjadi dua yaitu pria dan wanita. Data ini diperoleh dari kuesioner bagian D yaitu Data Demografi Responden. Equity berhubungan dengan fairness (keadilan) yang dirasakan seseoang dibanding orang lain. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel equity sensitivity adalah Equity Sensitivity Instrument (ESI) yang dikembangkan oleh Huseman (1985), yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan nilai ESI berkisar 0-10 untuk tiap pertanyaan. Untuk menskor instrumen, maka tambahkan poin-poin yang dialokasikan untuk respon benevolents (1a, 2a, 3b, 4b, 5b). Seorang individu akan masuk kategori entitleds apabila nilai < meanscore, dan kategori benevolents apabila nilai > meanscore.

Sumber dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan terbagi menjadi 2, data primer dan data sekunder. Data primer digunakan dengan cara mengisi kuesioner. Jadi peneliti memberi kertas yang berisi pertanyaan kepada koresponden lalu akan di uji oleh koresponden. Sedangkan untuk data sekunder peneliti hanya langsung mengambil /mengutip dari sumber-sumber yang sudah ada.

Metode Analisis Data

Pengujian validitas yang digunakan adalah validitas konstrak dan teknik yang digunakan Pearson Product Moment . Untuk uji realibitas menggunakan realibitas konsistensi internal. Untuk uji normalitas digunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test yaitu peungujian 2 sisi dengan tujuan untuk membandingkan signifikasi hasil uji dengan taraf signifikansi. Untuk menguji hipotesis digunakan alat uji statistik yaitu Indipendent Sample T-Test.  Pada Independent Sample T-Testteknik ini dibagi menjadi 2 tahapan analisis yaitu Levene’s Test dan T-Test . Untuk semua teknik analisis data peneliti menggunakan bantuan applikasi SPSS versi 11 untuk windows. Dilakukan uji proposisi untuk mengetahui bagaimana presepsi auditor tentang kode etik. Uji proposisi dilakukan dengan cara menghitung presentase jawaban dari pertanyaan presepsi kepada kode etik. Jawaban dari pertanyaan tersebut dikelompokkan dalam format setuju dan tidak setuju.

 

ANALISIS DATA 

Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada responden auditor yang terdapat di KAP Yogyakarta dan Surakarta. Dengan sampel sebanyak 41 pada KAP Yogyakarta, serta sampel sebanyak 29 pada KAP Surakarta. Dari total kuesioner sebanyak 70 buah, 3 diantaranya dinyatakan tidak memenuhi syarat. Sehingga total kuesioner yang dapat digunakan sebanyak 67 buah.

Hasil Pengujian Data

            Hasil uji validitas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,01 dengan  p-valuelebih kecil dari taraf signifkansi sebesar 5%. Sehingga dapat disimpulkan semua item pertanyaan dalam kuesioner valid. Pada uji reliabilitas yang dilakukan dengan menghitung Cronbach’s Alpha kemudian nilai alpha  dibandingkan dengan indeks menghasilkan kesimpulan bahwa data yang digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi. Uji normalitas menunjukkan nilai p-value sebesar 0,672 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Hasil Pengujian Hipotesis

Uji statistik parametrik Independent Sample T-Test digunakan dalam penelitian ini untuk menguji empat hipotesis yang diajukan. Hasil pengujian hipotesis yang pertama yaitu nilai signifikansi hasil T-Test sebesar 0,018 maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara perilaku etis yang sinifikan antara auditor internal locus of control dan auditor external locus of control. Dengan hasil analisis meanperilaku etis auditor internal locus of control sebesar 39,33 dan mean perilaku etis auditor external locus of control sebesar 35,14.

Hasil pengujian hipotesis yang kedua yaitu nilai signifikansi hasil T-Test sebesar 0,002 maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan perilaku etis yang sinifikan antara auditor senior dan auditor yunior. Dengan hasil analisis meanperilaku etis auditor senior sebesar 34,09 dan mean perilaku etis auditor yunior sebesar 39,54.

Hasil pengujian hipotesis yang ketiga yaitu nilai signifikansi hasil T-Test sebesar 0,246 lebih besar dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05 maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan antara perilaku etis yang sinifikan antara auditor pria dan auditor wanita. Dengan hasil analisis meanperilaku etis auditor pria sebesar 36,00 dan mean perilaku etis auditor wanita sebesar 38,10.

Hasil pengujian hipotesis yang keempat yaitu nilai signifikansi hasil T-Testsebesar 0,003 maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan perilaku etis yang sinifikan antara auditor benevolent dan auditor entitleds. Dengan hasil analisis mean perilaku etis auditor benevolent sebesar 39,77 dan mean perilaku etis auditor entitleds sebesar 34,50.

Hasil Uji Proporsi

Penelitian ini juga menggunakan uji proporsi yang bertujuan untuk mengetahui persepsi auditor terhadap kode etik akuntan Indonesia. Hasil dari uji proporsi ini yaitu seluruh responden (auditor) memiliki persepsi positif terhadap kode etik ikatan akuntan Indonesia. Tapi dari hasil pengujian hipotesisnya, masing- masing responden mempunyai perbedaan rata-rata perilaku etis yang signifikan untuk setiap faktor-faktor individual yang dimilikinya.

 

KESIMPULAN 

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan dan diolah, diketahui secara statistik, terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor internal locus of control dan auditor external locus of control. Terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor senior dan auditor yunior. Tidak terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor pria dan auditor wanita. Terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor benevolents dan auditor entitleds.

 

Sumber Jurnal

https://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/kamp-03.pdf

CONDITIONAL SENTENCES

Conditional Sentence type I

Mrs. Kim is happy. Her husband hasn’t gone home for months because he works abroad. Last night Mr. Andrew sent a message that he planned to go home this month.

Mrs. Kim can’t hide her happines. Now she is arranging what she will do if her husband come. If her husband come, she will cook special food for dinner.

Kalimat terakhir “If her husband comes, she will cook special food for dinner” mengandung Conditional Sentence Type I. Kalimat ini disusun dengan “if + Present tense, Future tense.”

Conditional Sentence type II

I would like to send an invitation to a friend. I have looked everywhere for her address, but I cannot find it. So now I think it is rather unlikely that I will eventually find her address. If I found her address, I would send her an invitation.

Kalimat terakhir “If I found her address, I would send her an invitation.” Mengandung Conditional Sentence Type 2 kalimat ini di susun dengan rumus “if + Simple Past, main clause with Conditional I (= would + Infinitive)”

Conditional Sentence type III

I knew John very well and I know that he never had much money, but he loved Ferraris. He would have loved to own a Ferrari, but he never had the money to buy one. If John had had the money, he would have bought a Ferrari.

Kalimat terakhir If John had had the money, he would have bought a Ferrari. Mengandung Conditional Sentence Type 3 kalimat ini di susun dengan rumus “if + Past Perfect, main clause with Conditional II”

MODALS

Can – Could – (be) able to

Functions:

To show ability

To suggest a possibility or to give an option

To ask for or to give permission

To show impossibility

Example:

I can run 10 miles.

I could run 10 miles when I was in high school.

May – Might

Functions:

To ask for or to give permission (formal)

To show possibility

Example:

The instructor may come to class late today.

The instructor might have come to class late yesterday.

Must – have/has/had to

Function:

To show necessity

To show lack of necessity

Example:

I am glad that I don’t have to cook tonight.

We had better leave. It is getting late.

Will – Would – (be) going to

Function:

To indicate future time

To make a promise or to show willingness

To state a general truth

To ask a polite question

Example:

The federal government will provide assistance to the hurricane victims.

Mark promised that he would help me with my math homework.

Shall – Should – Ought to

Function:

To show advisability

To show advisability after the fact

To show obligation

To show an obligation that was not carried out

To show expectation

To show an expectation that was not realized

Example:

I should renew my driver’s license. It expires next month

You ought to receive my letter in two days.

Comparisons and Comparative

Equal Comparisons

  • John eats as much food as Peter.
  • I have visited the States as many times as he has.
  • Jim has as little patience as Sam.

Unequal Comparisons

  • They’ve got less water than we have.
  • You know more people than I do.
  • You’ve heard more news than I have.

Double Comparative

  • The easier the test is, the longer students will wait to prepare.
  • The crazier the the idea is, the more fun it is to try.
  • The less Mary thinks about the problem, the more relaxed she feels.

Superlatives

  • I can’t find my most comfortable jeans.
  • That was the best movie ever.
  • She is the smartest girl in our class.

Claim Letter

Ms. Emma Harrison
Manager- Marketing
Blue Mount Pvt. Ltd.

Dear Ms. Harrison,

I am writing you this letter on the behalf of Brownwood Pvt. Ltd regarding the claim of marketing material your company has dispatched to us. As you know, Blue Mount Pvt. Ltd is on contract with Brownwood Pvt. Ltd for marketing and placing drugs in leading pharmacies and chemist stores. For this, I have put a request for marketing material which was accepted by you.

I have checked the despatched material including brochures and pamphlets. It was highly disappointing to see that your concerned person has couriered us black & white marketing material instead of coloured one which will not be used to market the company’s manufactured drugs. Moreover, it is like disagreeing with the official working terms. So kindly look into the matter at the earliest to sort out the complications.

For any query, kindly contact me directly at 5749 473 9204.

Your immediate action in this regard will be highly appreciable.

Yours sincerely,

Maria Hudson

Letter Requesting and Respond For A Service

5 May 2016

Athena Lee
Owner
XXX Salon
DKI Jakarta

Dear Ms Lee

On 1 May 2015 I attended your XXX salon to have my hair trimmed and coloured by one of your hairdressers, Jacinda. I asked for a subtle red tint with blended-in highlights – nothing drastically different from my hair at the time. Jacinda quoted $250 for a trim, permanent base colour and a half-head of highlights.

I left your salon after three hours, at 9:00 pm. Jacinda and the manager, Dave, asked me if I was happy with the colour. I said yes as it looked quite subtle in the salon, which was very dimly-lit. It wasn’t until the next morning, 2 May 2013, that in the daylight I could see my hair was bright red with bold orange-toned stripes. My hair was not a subtle colour, as I had requested from Jacinda.

Please find attached a photo of my hair before the colour, and a photo of it now, which demonstrates the dramatic difference.

At 11:00 am on 2 May 2015 I phoned your salon and spoke to Dave. I told him that my hair was not as I had requested, and asked if I could return to have it corrected. He replied that I was clearly “perfectly happy” with my hair when I left the salon, and that it was exactly what I had asked for. Dave stated that I would need to make another appointment to have the colour stripped, for a cost of at least $100.

As my hair colour is not what I asked for, I would like to return to your salon and have a hairdresser correct my hair colour at no extra charge. If this cannot be arranged, I want you to compensate me for the cost of having my hair corrected at another salon.

If I do not hear from you within 10 business days, I will forward my complaint to Consumer Affairs Victoria for further advice.

Please contact me on my phone number above at any time to discuss this letter.

Yours sincerely

Amanda Jones


Dear Mrs. Jones

Thank you for your email.

Firstly we would like to apologize for the inconvenience and disappointment that you experienced in dealing with our mistake recently. We assure you that your complaint and feedback will give the opportunity to remedy any problem that may exist and help to improve our service further. We also note your feedback on availability of information regarding our products and services as well as the service levels.

In order for us to escalate your feedback and complaint to the problem, we would appreciate if you could provide us your phone number.

Once again, please accept our sincere apologies and we look forward to serve you. Should you require any further assistance, you are welcome to contact our salon.

Best regards,

Athena Lee

Appointment Example

Blac Chyna
Sales Director of ABC Company
123 Anywhere Road
Joslin, CA 91258

Kylie Jenner
CEO of Kylie Cosmetics
NYC, USA 15477

November 09, 2016

Dear Ms. Kylie Jenner,

I am the sales director of ABC Company. I briefly met you at the WorldWide Conference this last April. Ariana Seift, one of our sales team representatives, is going to be in the NYC area between December 12– December 15 and is interested in briefly meeting with you on any one of those particular days for about 45 minutes sometime between 10am – 1pm.

Ariana has performed extensive research regarding your company and thinks she’s come up with a mutually beneficial proposition for both our businesses that she is eager to discuss with you.

Would it be possible for you, or a person you delegate, to meet Ariana Seift on one of the suggested days? I will contact you in a couple of days in order to answer any of your questions and to possibly arrange this brief appointment.

Sincerely,

(Blac Chyna)

Business Phone Call Conversation

Receptionist: Good Afternoon, West Company, how may I help you?

Ms. Jenner: Yes, I would like to speak to Kim Kardashian, please.

Receptionist: I’m sorry, Ms. Kim Kardashian is out of the office at the moment.

Ms. Jenner: Do you know when to expect her?

Receptionist: I should be back about 3:00. Would you like to leave a message?

Ms. Jenner: Yes. My name is Kendal Jenner.

Receptionist: Is that J-E-N-E-R?

Ms. Jenner: It’s with two N’s.

Receptionist: Okay, and may I tell her what this is in regards to?

Ms. Jenner: Well, it’s a rather personal matter…

Receptionist: That’s okay. How can she reach you, Ms. Jenner?

Ms. Jenner: At 123-4567

Receptionist: 123-4567. Fine. I will give her the message as soon as she returns.

Ms. Jenner: Thank you very much.

Receptionist: You are welcome. Goodbye.

 


Reschedule

Secretary : Good morning. What can I do for you miss?

Galih : Good morning. I’m Galih. I am here to meet Dr. Annabel to check my eyes

Secretary : Have you made the appointment with her?

Galih : Yes I have. Yesterday I called him and he told me to come to him office at 10 o’clock

Secretary : But now Dr. Annabel is still attending the meeting. Would you mind waiting her?

Galih : Hmm, how long has it been? And what time does the meeting over?

Secretary : it started at 9 o’clock and probably will be over at twelve o’clock.

Galih : I cannot wait for him until twelve o’clock. I’d like to change my appointment with him.Can you rearrange the appointment for me?

Secretary : With my pleasure mister. Let me check her schedule first. Hmm how about tomorrow at nine o’clock? She will be available.

Galih : Ok. Tomorrow at nine o’clock, thanks.

Secretary : You’re welcome.


Make Appointment

Receptionist: Good morning, CCC Bank.

Customer: Yes, good morning. I’d like to make an appointment to discuss the re-financing of my loan.

Receptionist: Just a moment, I’ll put you through to the loans department.

Customer: Thank you.

Secretary: Loans department, how can I help you?

Customer: My name is Bryan. I would like to discuss the new terms of my loan repayments.

Secretary: Yes, hello, Mr Bryan. I believe it was Mrs Fieldhouse who handled your loan. I’ll just have a look in her diary. Is there any particular day next week that would suit you best?

Customer: Mmm, probably Wednesday, but Friday is all right, too.

Secretary: It will have to be Friday then, as Mrs Fieldhouse will be rather busy on Wednesday. Shall we book you in at 10 o’clock?

Customer: Yes, that’s fine. Thank you.

Secretary: Thank you, Mr Bryan. See you on Friday then. Bye bye.

Customer: Bye.

REVIEW JURNAL 3

  • JUDUL PENELITIAN

Penerapan Biaya Standar Terhadap Pengendalian Biaya

  • PENULIS

Lim Ade Nasa

  • NAMA JURNAL

Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi

  • LATAR BELAKANG

Pada bagian ini menjelaskan hal-hal yang menyangkut mengenai penerapan biaya standar terhadap pengendalian biaya produksi. Dalam jurnal ilmiah ini juga telah dijelaskan bahwa seorang manajer perusahaan harus mampu membuat perencanaan dan pengendalian biaya terutama biaya produksi, karena biaya produksi merupakan faktor utama dalam pelaksanaan produksi perusahaan. Hansen dan Mowen dalam Kwary menyatakan bahwa dalam pengendalian biaya, manajemen perlu menetapkan biaya standar. Pengendalian biaya produksi memerlukan patokan atau standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolok ukur terhadap pengendalian biaya produksi. Biaya yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian disebut biaya standar.

Pengendalian biaya produksi meliputi pengendalian biaya bahan baku, biaya upah atau tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Bila pengendalian biaya produksi telah efektif, hal ini akan mempengaruhi harga pokok produk, sehingga produk yang dihasilkan akan mampu bersaing dengan produk lain sejenis dengan harga yang kompetitif.

Manajemen dalam menjalankan fungsinya yang menyangkut perencanaan dan pengendalian biaya produksi memerlukan suatu alat pengukur dan pola pelaksanaan antara lain dengan menggunakan biaya yang ditetapkan dimuka atau yang disebut biaya standar.

Pada umumnya pengendalian biaya produksi dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya yang dikorbankan dengan biaya yang ditentukan sebelumnya apakah masih dalam batas-batas kewajaran atau tidak. Penyimpangan yang terjadi harus diketahui dengan cepat dan dianalisa agar dapat diambil tindakan seefektif mungkin, penentuan biaya standar serta analisis biaya dari fungsi akuntansi biaya adalah untuk pengendalian biaya.

  • METODE

Dalam jurnal ilmiah ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian komparatif. Menurut Suliyanto (2006) riset komparatif adalah riset yang membandingkan sampel yang satu dengan sampel yang lain, baik sampel independen (bebas) maupun sampel yang berpasangan. Riset yang membandingkan sampel-sampel independen disebut riset komparatif sampel independen, sedangkan riset yang membandingkan sampel-sampel berpasangan disebut riset komparatif berpasangan.

Dan untuk Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, maka dalam jurnal ilmiah ini penulis melakukan pendekatan studi kasus. Dengan menggunakan pendekatan ini, data yang dikumpulkan dapat disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya dan dibandingkan dengan teori yang menunjang. Dengan demikian, dapat memberikan gambaran yang cukup jelas serta dapat menarik kesimpulan dari objek yang diteliti.

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Suliyanto (2006) menyatakan pembagian data menurut cara memperolehnya:

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peniliti langsung dari sumber pertama.

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya.

Dalam jurnal ilmiah ini juga pembaca mengetahui bahwa dalam penulisan jurnal ilmiah ini penulisnya menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :

  1. Teknik observasi
  2. Teknik wawancara
  3. Teknik kepustakaan

 

  • HASIL

Hasil dari analisis jurnal ilmiah yang berjudul “Penerapan Biaya Standar Terhadap Pengendalian Biaya Produksi, dengan Studi Kasusnya pada C.V Sejahtera Bandung ini, yaitu :

Peranan biaya standar ternyata sangat membantu sekali bagi manajemen C.V Sejahtera Bandung dalam usaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi agar lebih efektif dan efisien, sebaiknya biaya standar dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian biaya produksi tetap diteruskan,

Dalam jurnal ilmiah ini juga diketahui bahwa pada Varians Biaya Overhead Pabrik C.V Sejahtera Bandung ini. Pada bulan Oktober mengalami favorable (menguntungkan) dikarenakan nilai varians pengeluaran yang unfavorable lebih kecil dibandingkan dengan varians efisiensi yang favorable.

Sedangkan bulan November mengalami unfavorable (tidak menguntungkan) dikarenakan varians efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan varians pengeluaran.yang dimana varians pengeluaran memiliki nilai yang menguntungkan tetapi tidak mampu menutupi varians efisiensi yang tidak menguntungkan, hal ini disebabkan karena jam kerja aktual meningkat dan melebihi dari jam kerja standar karena meningkatnya jumlah produksi.